Hari ini gerimis menari begitu riang, di bawah langit yang begitu gelap dedaunan berlarian senang bersama angin. Mereka semua masih terjaga, begitupun dengan laptop dan aku.
Aku bersandar pada dinginnya singgasanaku di malam hari. Menerawang jauh ke atas sana. Malam ini yang kulihat langit hanya berhias separo bulan, cahaya memantul diatas sisa-sisa gerimis diatas genting rumah-rumah. Menurutku berkilauan begitu indah, keperakan. Angin berdesir menyapu setiap jengkal kulitku yang terbuka. Malam ini begitu dingin, tak seperti malam-malam sebelumnya yang selalu memanjakanku. Aku pun heran. Hidupku penuh dengan warna-warni kehidupan, tapi mengapa hatiku masih terasa hampa, kosong.
Ceritanya, di keramaian para ilalang yang sibuk dengan kesenangan baru mereka, aku melihat sesosok ilalang yang gagah ditengah-tengah para Laskar ilalang. Dan sosoknya sangat mengagumkan. Belum genap setahun aku mengenalnya. Sosoknya begitu asing. Siapa dia, bagaimana dia, aku tak pernah tau. Yang ku kenal hanya sosoknya yang buatku terpesona dan selalu kunantikan kedatangannya.
Anak ilalang itu, semua akan lumpuh tak berdaya di hadapannya. Bagiku ia adalah sosok yang tak henti membuat aku menyanyikan lagu cinta, yang tak henti membuat aku menuliskan puisi-puisi syahdu, mengisi setiap detail rongga jiwa sepiku. Tapi mengapa rindu ini tak pernah bisa terpuaskan , tak pernah usai meski ribuan lagu terus membuai sepiku, meski ribuan puisi mengisi setiap lembar hariku. Hanya bimbang yang meraja disetiap perjumpaanku dengannya. Mengapa?
“hmmmmm……keren.”
Sebuah tangan usil tiba-tiba menyadarkanku dari pusara lamunan. Candanya yang hangat yang selama ini membuatku lepas dari kepenatan. Candanya yang menghangatkan jiwaku. Candanya yang selalu menemani hari-hariku. Canda ilalangku.
“ada apa ini para istri-istriku? Pada mau minta jatah semuanya ya?”
Hahaha, candanya yang selalu bergaya sok play boy, tapi membuat suasana kelompok para ilalang-ilalang bahagia akannya. Termasuk aku yang selalu rindu candanya, karena candanya lah yang membuat aku dekat dengan ilalangku.
“katanya istri, kug gag pernah dikasih nafkah?” kataku yang memberikan respon akan lontaran candanya.
“kalau buat kamu, ntar malam aja ya istriku?”
Hmmmm, poin ini yang selalu terlontar setiap candanya yang menurutku konyol. Sebenarnya, aku berharap candanya ada sedikit makna di hatinya. Bukan hanya guyonan yang nantinya bisa hilang begitu saja. Aku berharap dengan segenap rasa yang kupendam untuknya. Ehm..ehm!!
“bagaimana?”
“entahlah, terserah suamiku aja.” Hahay, banyolan yang gag jelas terlontar lagi. Senyumku mengembang, dan dia juga tersenyum dengan timpalan candaku untuknya.
Dengan senyumnya yang menurutku bagai taman ilalang yang begitu indah. (Haich…!!! Bener gag sich??). Dan sempat terbesit pula dipikiranku, kata-kata yang tak kalah gombal lagi untuknya, “ kan ku bangun taman yang indah untukmu, kan ku bangun pula taman semanis senyumanmu. Tapi andai kau tau, taman hatiku hanya membutuhkanmu”. Meskipun sedikit gombal, bila ditelusuri lebih jauh itu bener kug..
Selang beberapa hari yang tak tau berapa hari itu berlalu, ilalangku kembali membuat ulah dengan menggodaku Lagi. Di suatu ruang dia menyembunyikan sepatu yang ku kenakan.
"boy, mana sepatuku??" pintaku merengek padanya.
"mana aku tau, salah ndri sepatu kug gag dipakai" bantahnya.
"berarti tau dunk dimana sepatuku?? hehe,, hayow ngaku aja!!"
"aku beneran gag tau" katanya bohong.
"bohong banget sech??"
aku tetep minta sepatuku sambil terus mencarinya dimana dia biasa menyembunyikannya, tapi saat itu sepatuku tak berada pada tempat biasa. hehhh... aku mulai capek mencarinya. Di waktu temanku membuka tasnya ternyata sepatuku ada didalam tas tersebut.
"hadech, sepatu siapa nie?" teriak temenku yang kesel.
"hahaha, kalau mau sepatu itu beLi dunk nda, masak sepatu temen sendiri mau di embat" candanya.
" haich.. si Boy nda yang masukin sepatuku ke tas kamu, aku gag tau. Bener2 emang usil banget dia" timpaku yang tak mau kalah kesel dari rinda.
Dia nyengir happy banget,aku senang melihatnya tertawa lepas seperti itu. dan aku juga seneng dia menggodaku, tapi ada sedikit kejengkelan juga karena bukan cuma aku aja yang dia goda. hehhh... ada sedikit kecemburuan tapi aku senang karena aku masih bisa berkomunikasi dengannya meski hanya sebatas banyolan-banyolan biasa.
Hemm!! malam ini terasa suntuk dan melamun gag jelas. Entah apa yang sedang menari-nari dipikiranku. Banyak sekali pasangan remaja yang sedang ngobrol asyik di lorong-lorong yang mereka suka. Entah itu ngobrol atau melakukan sesuatu aku sendiri masih kurang paham. Tapi aku masih aja asyik dengan lamunanku yang tak jelas!! Lamunanku terhentikan oleh sesosok manusia yang menurutku tidak asing bagiku. Semakin dekat sosok itu denganku, tak salah lagi ternyata dia ilalangku. Ilalangku yang selalu aku rindukan. Hatiku marah, seneng, sedih atau bagaimana bingung merasakan mana yang lebih dominan pada rasaku saat itu. Tapi yang jelas rasanya sakit melihat ilalangku berjalan bersama seorang cewek dan aku menyebutnya mawar. Siapa mawar itu? Ada hubungan apa dia dengan ilalangku?.
Hatiku kian bertanya-tanya tentang siapa mawar tersebut, dengan segala pertanyaan yang kian tak jelas mungkin ilalangku mengetahui tentang rasaku yang sangat mudah ditebak oleh orang lain, sehingga dia jauh dariku. Ilalangku tak pernah menyapaku lagi, tak pernah becanda lagi. Dia kian jauh dariku, kenapa jadi seperti ini? hatiku kian tak karuan melihat sikapnya yang semakin jauh padaku. Ada keteduhan disana, ada kerinduan tercipta. Yang entah mengapa membuatku lumpuh tak berdaya. Tak ada kata yang mampu terucap, beku!!
Aku tak tau sejak kapan aku selalu menantikan kehadirannya. Disepenggal malam, bersama sang fajar yang dengan angkuhnya menyingkirkan sang bulan dari peraduannya. Membayangkan seandainya sosok itu berada disampingku,, hmmmmm…….entahlah. Aku tak tau sosok itu begitu hangat dihatiku, membawaku terbang jauh keatas sana, mengarungi lautan mimpi tak terbatas begitu indah. Aku begitu terpukau olehnya. Aku ingin memilikinya. Dan aku terperosok. Sakit. Aku terjerat dalam dunia khayal yang tak ku mengerti, dunia antah berantah yang sama sekali tak ku kenal. Yang hanya bisa memberiku kesenangan, tanpa memberiku kepastian sebuah jawaban.
Sudahlah, aku telah bosan dengan ketidakberdayaanku, aku lelah dengan keterpurukanku. Aku tak ingin terus menerus menjadi orang bodoh yang tak tau apa-apa. Aku harus tau jawaban dari semua pertanyaan yang menyesakkanku. Kenapa dia menjauhiku? Dan siapa mawar itu? Apa maksudnya.
Aku ingin tau jawaban itu semua. Aku ingin memilikinya. Seandainya rasaku tak terbalaskan, aku ingin dia bisa mengajakku becanda lagi seperti dulu. Biarlah rasaku terpendam dihatiku selamanya. Aku rela jika sang mawar bisa buatnya bahagia, dan aku akan berusaha buatnya nyaman dengan mengubur perasaan ini. Ilalang, aku merindukan candamu!! Andaikan mawar bisa membuatmu bahagia, aku rela engkau bersamanya. Ilalang, terbanglah kemana pun engkau mau. Akan sangat egois sekali jika aku mematahkan asamu. Agar ia tetap bisa bersamaku, terbanglah ke tempat yang indah dimanapun kau mau. Dan kembalilah padaku jika kau butuh istirahat atau tempat bersandar.ataupun membutuhkan bantuanku. Aku akan berusaha jadi sandaran atau teman yang baik buat kamu. Meskipun hati ini ingin memilikimu, mungkin pertemanan yang akan buatmu nyaman dan bisa kembali tersenyum kepadaku seperti dulu.
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Rasa yang Terpendam
Diposting oleh
Ilma Ratna Iza
di
13.02
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Cerpen
Sabtu, 18 Desember 2010
Rasa yang Terpendam
Hari ini gerimis menari begitu riang, di bawah langit yang begitu gelap dedaunan berlarian senang bersama angin. Mereka semua masih terjaga, begitupun dengan laptop dan aku.
Aku bersandar pada dinginnya singgasanaku di malam hari. Menerawang jauh ke atas sana. Malam ini yang kulihat langit hanya berhias separo bulan, cahaya memantul diatas sisa-sisa gerimis diatas genting rumah-rumah. Menurutku berkilauan begitu indah, keperakan. Angin berdesir menyapu setiap jengkal kulitku yang terbuka. Malam ini begitu dingin, tak seperti malam-malam sebelumnya yang selalu memanjakanku. Aku pun heran. Hidupku penuh dengan warna-warni kehidupan, tapi mengapa hatiku masih terasa hampa, kosong.
Ceritanya, di keramaian para ilalang yang sibuk dengan kesenangan baru mereka, aku melihat sesosok ilalang yang gagah ditengah-tengah para Laskar ilalang. Dan sosoknya sangat mengagumkan. Belum genap setahun aku mengenalnya. Sosoknya begitu asing. Siapa dia, bagaimana dia, aku tak pernah tau. Yang ku kenal hanya sosoknya yang buatku terpesona dan selalu kunantikan kedatangannya.
Anak ilalang itu, semua akan lumpuh tak berdaya di hadapannya. Bagiku ia adalah sosok yang tak henti membuat aku menyanyikan lagu cinta, yang tak henti membuat aku menuliskan puisi-puisi syahdu, mengisi setiap detail rongga jiwa sepiku. Tapi mengapa rindu ini tak pernah bisa terpuaskan , tak pernah usai meski ribuan lagu terus membuai sepiku, meski ribuan puisi mengisi setiap lembar hariku. Hanya bimbang yang meraja disetiap perjumpaanku dengannya. Mengapa?
“hmmmmm……keren.”
Sebuah tangan usil tiba-tiba menyadarkanku dari pusara lamunan. Candanya yang hangat yang selama ini membuatku lepas dari kepenatan. Candanya yang menghangatkan jiwaku. Candanya yang selalu menemani hari-hariku. Canda ilalangku.
“ada apa ini para istri-istriku? Pada mau minta jatah semuanya ya?”
Hahaha, candanya yang selalu bergaya sok play boy, tapi membuat suasana kelompok para ilalang-ilalang bahagia akannya. Termasuk aku yang selalu rindu candanya, karena candanya lah yang membuat aku dekat dengan ilalangku.
“katanya istri, kug gag pernah dikasih nafkah?” kataku yang memberikan respon akan lontaran candanya.
“kalau buat kamu, ntar malam aja ya istriku?”
Hmmmm, poin ini yang selalu terlontar setiap candanya yang menurutku konyol. Sebenarnya, aku berharap candanya ada sedikit makna di hatinya. Bukan hanya guyonan yang nantinya bisa hilang begitu saja. Aku berharap dengan segenap rasa yang kupendam untuknya. Ehm..ehm!!
“bagaimana?”
“entahlah, terserah suamiku aja.” Hahay, banyolan yang gag jelas terlontar lagi. Senyumku mengembang, dan dia juga tersenyum dengan timpalan candaku untuknya.
Dengan senyumnya yang menurutku bagai taman ilalang yang begitu indah. (Haich…!!! Bener gag sich??). Dan sempat terbesit pula dipikiranku, kata-kata yang tak kalah gombal lagi untuknya, “ kan ku bangun taman yang indah untukmu, kan ku bangun pula taman semanis senyumanmu. Tapi andai kau tau, taman hatiku hanya membutuhkanmu”. Meskipun sedikit gombal, bila ditelusuri lebih jauh itu bener kug..
Selang beberapa hari yang tak tau berapa hari itu berlalu, ilalangku kembali membuat ulah dengan menggodaku Lagi. Di suatu ruang dia menyembunyikan sepatu yang ku kenakan.
"boy, mana sepatuku??" pintaku merengek padanya.
"mana aku tau, salah ndri sepatu kug gag dipakai" bantahnya.
"berarti tau dunk dimana sepatuku?? hehe,, hayow ngaku aja!!"
"aku beneran gag tau" katanya bohong.
"bohong banget sech??"
aku tetep minta sepatuku sambil terus mencarinya dimana dia biasa menyembunyikannya, tapi saat itu sepatuku tak berada pada tempat biasa. hehhh... aku mulai capek mencarinya. Di waktu temanku membuka tasnya ternyata sepatuku ada didalam tas tersebut.
"hadech, sepatu siapa nie?" teriak temenku yang kesel.
"hahaha, kalau mau sepatu itu beLi dunk nda, masak sepatu temen sendiri mau di embat" candanya.
" haich.. si Boy nda yang masukin sepatuku ke tas kamu, aku gag tau. Bener2 emang usil banget dia" timpaku yang tak mau kalah kesel dari rinda.
Dia nyengir happy banget,aku senang melihatnya tertawa lepas seperti itu. dan aku juga seneng dia menggodaku, tapi ada sedikit kejengkelan juga karena bukan cuma aku aja yang dia goda. hehhh... ada sedikit kecemburuan tapi aku senang karena aku masih bisa berkomunikasi dengannya meski hanya sebatas banyolan-banyolan biasa.
Hemm!! malam ini terasa suntuk dan melamun gag jelas. Entah apa yang sedang menari-nari dipikiranku. Banyak sekali pasangan remaja yang sedang ngobrol asyik di lorong-lorong yang mereka suka. Entah itu ngobrol atau melakukan sesuatu aku sendiri masih kurang paham. Tapi aku masih aja asyik dengan lamunanku yang tak jelas!! Lamunanku terhentikan oleh sesosok manusia yang menurutku tidak asing bagiku. Semakin dekat sosok itu denganku, tak salah lagi ternyata dia ilalangku. Ilalangku yang selalu aku rindukan. Hatiku marah, seneng, sedih atau bagaimana bingung merasakan mana yang lebih dominan pada rasaku saat itu. Tapi yang jelas rasanya sakit melihat ilalangku berjalan bersama seorang cewek dan aku menyebutnya mawar. Siapa mawar itu? Ada hubungan apa dia dengan ilalangku?.
Hatiku kian bertanya-tanya tentang siapa mawar tersebut, dengan segala pertanyaan yang kian tak jelas mungkin ilalangku mengetahui tentang rasaku yang sangat mudah ditebak oleh orang lain, sehingga dia jauh dariku. Ilalangku tak pernah menyapaku lagi, tak pernah becanda lagi. Dia kian jauh dariku, kenapa jadi seperti ini? hatiku kian tak karuan melihat sikapnya yang semakin jauh padaku. Ada keteduhan disana, ada kerinduan tercipta. Yang entah mengapa membuatku lumpuh tak berdaya. Tak ada kata yang mampu terucap, beku!!
Aku tak tau sejak kapan aku selalu menantikan kehadirannya. Disepenggal malam, bersama sang fajar yang dengan angkuhnya menyingkirkan sang bulan dari peraduannya. Membayangkan seandainya sosok itu berada disampingku,, hmmmmm…….entahlah. Aku tak tau sosok itu begitu hangat dihatiku, membawaku terbang jauh keatas sana, mengarungi lautan mimpi tak terbatas begitu indah. Aku begitu terpukau olehnya. Aku ingin memilikinya. Dan aku terperosok. Sakit. Aku terjerat dalam dunia khayal yang tak ku mengerti, dunia antah berantah yang sama sekali tak ku kenal. Yang hanya bisa memberiku kesenangan, tanpa memberiku kepastian sebuah jawaban.
Sudahlah, aku telah bosan dengan ketidakberdayaanku, aku lelah dengan keterpurukanku. Aku tak ingin terus menerus menjadi orang bodoh yang tak tau apa-apa. Aku harus tau jawaban dari semua pertanyaan yang menyesakkanku. Kenapa dia menjauhiku? Dan siapa mawar itu? Apa maksudnya.
Aku ingin tau jawaban itu semua. Aku ingin memilikinya. Seandainya rasaku tak terbalaskan, aku ingin dia bisa mengajakku becanda lagi seperti dulu. Biarlah rasaku terpendam dihatiku selamanya. Aku rela jika sang mawar bisa buatnya bahagia, dan aku akan berusaha buatnya nyaman dengan mengubur perasaan ini. Ilalang, aku merindukan candamu!! Andaikan mawar bisa membuatmu bahagia, aku rela engkau bersamanya. Ilalang, terbanglah kemana pun engkau mau. Akan sangat egois sekali jika aku mematahkan asamu. Agar ia tetap bisa bersamaku, terbanglah ke tempat yang indah dimanapun kau mau. Dan kembalilah padaku jika kau butuh istirahat atau tempat bersandar.ataupun membutuhkan bantuanku. Aku akan berusaha jadi sandaran atau teman yang baik buat kamu. Meskipun hati ini ingin memilikimu, mungkin pertemanan yang akan buatmu nyaman dan bisa kembali tersenyum kepadaku seperti dulu.
Aku bersandar pada dinginnya singgasanaku di malam hari. Menerawang jauh ke atas sana. Malam ini yang kulihat langit hanya berhias separo bulan, cahaya memantul diatas sisa-sisa gerimis diatas genting rumah-rumah. Menurutku berkilauan begitu indah, keperakan. Angin berdesir menyapu setiap jengkal kulitku yang terbuka. Malam ini begitu dingin, tak seperti malam-malam sebelumnya yang selalu memanjakanku. Aku pun heran. Hidupku penuh dengan warna-warni kehidupan, tapi mengapa hatiku masih terasa hampa, kosong.
Ceritanya, di keramaian para ilalang yang sibuk dengan kesenangan baru mereka, aku melihat sesosok ilalang yang gagah ditengah-tengah para Laskar ilalang. Dan sosoknya sangat mengagumkan. Belum genap setahun aku mengenalnya. Sosoknya begitu asing. Siapa dia, bagaimana dia, aku tak pernah tau. Yang ku kenal hanya sosoknya yang buatku terpesona dan selalu kunantikan kedatangannya.
Anak ilalang itu, semua akan lumpuh tak berdaya di hadapannya. Bagiku ia adalah sosok yang tak henti membuat aku menyanyikan lagu cinta, yang tak henti membuat aku menuliskan puisi-puisi syahdu, mengisi setiap detail rongga jiwa sepiku. Tapi mengapa rindu ini tak pernah bisa terpuaskan , tak pernah usai meski ribuan lagu terus membuai sepiku, meski ribuan puisi mengisi setiap lembar hariku. Hanya bimbang yang meraja disetiap perjumpaanku dengannya. Mengapa?
“hmmmmm……keren.”
Sebuah tangan usil tiba-tiba menyadarkanku dari pusara lamunan. Candanya yang hangat yang selama ini membuatku lepas dari kepenatan. Candanya yang menghangatkan jiwaku. Candanya yang selalu menemani hari-hariku. Canda ilalangku.
“ada apa ini para istri-istriku? Pada mau minta jatah semuanya ya?”
Hahaha, candanya yang selalu bergaya sok play boy, tapi membuat suasana kelompok para ilalang-ilalang bahagia akannya. Termasuk aku yang selalu rindu candanya, karena candanya lah yang membuat aku dekat dengan ilalangku.
“katanya istri, kug gag pernah dikasih nafkah?” kataku yang memberikan respon akan lontaran candanya.
“kalau buat kamu, ntar malam aja ya istriku?”
Hmmmm, poin ini yang selalu terlontar setiap candanya yang menurutku konyol. Sebenarnya, aku berharap candanya ada sedikit makna di hatinya. Bukan hanya guyonan yang nantinya bisa hilang begitu saja. Aku berharap dengan segenap rasa yang kupendam untuknya. Ehm..ehm!!
“bagaimana?”
“entahlah, terserah suamiku aja.” Hahay, banyolan yang gag jelas terlontar lagi. Senyumku mengembang, dan dia juga tersenyum dengan timpalan candaku untuknya.
Dengan senyumnya yang menurutku bagai taman ilalang yang begitu indah. (Haich…!!! Bener gag sich??). Dan sempat terbesit pula dipikiranku, kata-kata yang tak kalah gombal lagi untuknya, “ kan ku bangun taman yang indah untukmu, kan ku bangun pula taman semanis senyumanmu. Tapi andai kau tau, taman hatiku hanya membutuhkanmu”. Meskipun sedikit gombal, bila ditelusuri lebih jauh itu bener kug..
Selang beberapa hari yang tak tau berapa hari itu berlalu, ilalangku kembali membuat ulah dengan menggodaku Lagi. Di suatu ruang dia menyembunyikan sepatu yang ku kenakan.
"boy, mana sepatuku??" pintaku merengek padanya.
"mana aku tau, salah ndri sepatu kug gag dipakai" bantahnya.
"berarti tau dunk dimana sepatuku?? hehe,, hayow ngaku aja!!"
"aku beneran gag tau" katanya bohong.
"bohong banget sech??"
aku tetep minta sepatuku sambil terus mencarinya dimana dia biasa menyembunyikannya, tapi saat itu sepatuku tak berada pada tempat biasa. hehhh... aku mulai capek mencarinya. Di waktu temanku membuka tasnya ternyata sepatuku ada didalam tas tersebut.
"hadech, sepatu siapa nie?" teriak temenku yang kesel.
"hahaha, kalau mau sepatu itu beLi dunk nda, masak sepatu temen sendiri mau di embat" candanya.
" haich.. si Boy nda yang masukin sepatuku ke tas kamu, aku gag tau. Bener2 emang usil banget dia" timpaku yang tak mau kalah kesel dari rinda.
Dia nyengir happy banget,aku senang melihatnya tertawa lepas seperti itu. dan aku juga seneng dia menggodaku, tapi ada sedikit kejengkelan juga karena bukan cuma aku aja yang dia goda. hehhh... ada sedikit kecemburuan tapi aku senang karena aku masih bisa berkomunikasi dengannya meski hanya sebatas banyolan-banyolan biasa.
Hemm!! malam ini terasa suntuk dan melamun gag jelas. Entah apa yang sedang menari-nari dipikiranku. Banyak sekali pasangan remaja yang sedang ngobrol asyik di lorong-lorong yang mereka suka. Entah itu ngobrol atau melakukan sesuatu aku sendiri masih kurang paham. Tapi aku masih aja asyik dengan lamunanku yang tak jelas!! Lamunanku terhentikan oleh sesosok manusia yang menurutku tidak asing bagiku. Semakin dekat sosok itu denganku, tak salah lagi ternyata dia ilalangku. Ilalangku yang selalu aku rindukan. Hatiku marah, seneng, sedih atau bagaimana bingung merasakan mana yang lebih dominan pada rasaku saat itu. Tapi yang jelas rasanya sakit melihat ilalangku berjalan bersama seorang cewek dan aku menyebutnya mawar. Siapa mawar itu? Ada hubungan apa dia dengan ilalangku?.
Hatiku kian bertanya-tanya tentang siapa mawar tersebut, dengan segala pertanyaan yang kian tak jelas mungkin ilalangku mengetahui tentang rasaku yang sangat mudah ditebak oleh orang lain, sehingga dia jauh dariku. Ilalangku tak pernah menyapaku lagi, tak pernah becanda lagi. Dia kian jauh dariku, kenapa jadi seperti ini? hatiku kian tak karuan melihat sikapnya yang semakin jauh padaku. Ada keteduhan disana, ada kerinduan tercipta. Yang entah mengapa membuatku lumpuh tak berdaya. Tak ada kata yang mampu terucap, beku!!
Aku tak tau sejak kapan aku selalu menantikan kehadirannya. Disepenggal malam, bersama sang fajar yang dengan angkuhnya menyingkirkan sang bulan dari peraduannya. Membayangkan seandainya sosok itu berada disampingku,, hmmmmm…….entahlah. Aku tak tau sosok itu begitu hangat dihatiku, membawaku terbang jauh keatas sana, mengarungi lautan mimpi tak terbatas begitu indah. Aku begitu terpukau olehnya. Aku ingin memilikinya. Dan aku terperosok. Sakit. Aku terjerat dalam dunia khayal yang tak ku mengerti, dunia antah berantah yang sama sekali tak ku kenal. Yang hanya bisa memberiku kesenangan, tanpa memberiku kepastian sebuah jawaban.
Sudahlah, aku telah bosan dengan ketidakberdayaanku, aku lelah dengan keterpurukanku. Aku tak ingin terus menerus menjadi orang bodoh yang tak tau apa-apa. Aku harus tau jawaban dari semua pertanyaan yang menyesakkanku. Kenapa dia menjauhiku? Dan siapa mawar itu? Apa maksudnya.
Aku ingin tau jawaban itu semua. Aku ingin memilikinya. Seandainya rasaku tak terbalaskan, aku ingin dia bisa mengajakku becanda lagi seperti dulu. Biarlah rasaku terpendam dihatiku selamanya. Aku rela jika sang mawar bisa buatnya bahagia, dan aku akan berusaha buatnya nyaman dengan mengubur perasaan ini. Ilalang, aku merindukan candamu!! Andaikan mawar bisa membuatmu bahagia, aku rela engkau bersamanya. Ilalang, terbanglah kemana pun engkau mau. Akan sangat egois sekali jika aku mematahkan asamu. Agar ia tetap bisa bersamaku, terbanglah ke tempat yang indah dimanapun kau mau. Dan kembalilah padaku jika kau butuh istirahat atau tempat bersandar.ataupun membutuhkan bantuanku. Aku akan berusaha jadi sandaran atau teman yang baik buat kamu. Meskipun hati ini ingin memilikimu, mungkin pertemanan yang akan buatmu nyaman dan bisa kembali tersenyum kepadaku seperti dulu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar